
Tim Mission Trip bengkel PK yang beranggotakan Ruth Kadarmanto, Novy Sine, David Sihite, Susan Fr. Sahusilawane, Justitia Hattu dan Ujun Junaedi melakukan pembinaan bagi para Pelayan Anak Gereja Toraja selama empat hari (Senin-Kamis, 13-16 Oktober 2014). Pembinaan ini berlangsung di Komplek Pusat Studi dan Pembinaan Tangmentoe Gereja Toraja. Kegiatan yang diikuti 400 peserta ini dibagi ke dalam dua gelombang. Gelombang pertama (13-14 Oktober) dihadiri oleh peserta dari daerah Tangmentoe dan sekitarnya, sedangkan gelombang kedua (15-16 Oktober) dihadiri oleh peserta dari daerah Makale. Selama dua hari, peserta dibekali dengan keterampilan dan kemampuan guna menunjang pelayanan anak seperti bercerita, menggunakan alat peraga, membuat dan memainkan boneka, membuat dan mengembangkan aktivitas anak dan bermusik. Pembinaan dilakukan dengan sistem pondok yang setiap pondoknya dipimpin oleh satu orang fasilitator.
Ruth Kadarmanto memimpin pondok aktivitas. Pada pondok ini peserta diajak untuk membuat ragam aktivitas. Dalam pondok ini diajarkan bahwa dengan aktivitas, anak dapat mengembangkan kreativitas sembari mengenal nilai-nilai kristiani. Sementara itu, David Sihite memimpin pondok boneka. Di pondok ini peserta diajak membuat sendiri boneka tangan dan boneka centong. Setelah itu, peserta diajak untuk memainkannya. Selain menarik perhatian anak-anak, metode bercerita dengan menggunakan boneka mampu membuat ibadah anak menjadi lebih hidup dan menggairahkan anak-anak untuk beribadah.
Novy Sine memimpin pondok bercerita. Peserta diajak mendalami makna bercerita dan bagaimana cara menyampaikan cerita dengan kreatif kepada anak. Peserta didorong untuk mengembangkan sudut pandang cerita sehingga bercerita menjadi salah satu sarana penyampaian firman yang efektif bagi anak-anak. Pondok terakhir adalah pondok musik yang dipimpin oleh Susan Fr. Sahusilawane. Peserta diajak mengenal lagu-lagu anak dan makna teologisnya. Selain itu, peserta diajak untuk bermusik secara kreatif dengan menggunakan batu, plastik, kertas, jagung dan benda-benda lain yang menghasilkan bunyi. Melalui pondok ini peserta diajak melihat musik sebagai bagian integral dari ibadah, termasuk ibadah anak. Sementara itu, Justitia Hattu memimpin kelas lanjutan, yakni kelas yang diperuntukkan bagi peserta yang sudah mengikuti kelas dasar sebelumnya. Peserta lanjutan diajak untuk membaca Alkitab dengan mata anak (MAdMA) serta membuat aktivitas lanjutan. Pelayan Anak di kelas kelas lanjutan berjumlah 29 orang.
Pada akhir pembinaan, peserta diajak untuk beribadah bersama anak-anak. Ibadah percontohan inilah muara dari semua pembinaan yang dilakukan. Peserta dapat melihat bahkan bergabung untuk bercerita, bermusik, memandu aktivitas dan bermain boneka sehingga pelajaran yang mereka dapat di pondok-pondok dapat dilakukan. Dengan keterlibatan para peserta dalam ibadah anak tersebut, diharapkan dapat memfasilitasi peserta untuk menumbuhkan semangat pelayanan di gereja asal masing-masing.
Kegiatan Mission Trip ini dinilai positif oleh para peserta juga oleh Pengurus Sekolah Minggu Sinode Gereja Toraja mengingat Gereja Toraja tengah berupaya meningkatkan kualitas para pelayan anak dalam rangka merayakan 100 tahun masuknya Injil ke Toraja. Dengan semangat inilah, Gereja Toraja mengundang Tim Mission Trip Bengkel PK STT Jakarta untuk melakukan pembinaan para pelayan anak. Pengurus Sekolah Minggu Sinode Gereja Toraja memandang bahwa anak-anak adalah penerus gereja sehingga diperlukan pembinaan dan pengasuhan yang tepat demi masa depan gereja. Hal ini hanya mungkin terjadi jika pelayan anak mempunyai bekal yang cukup dan semangat melayani yang kuat.
Tim Mission Trip Bengkel PK menilai jumlah peserta yang sangat banyak, yakni sekitar 400 orang, sebanding dengan antusiasme belajar mereka yang juga besar. Hal ini membuat para fasilitator juga antusias dalam memfasilitasi peserta belajar. Harapan dari tim Mission Trip, apa yang telah peserta dapatkan dari pembinaan dapat ditingkatkan dan dibagikan sehingga para pelayan anak semakin diperlengkapi untuk melayani Tuhan.