Membahas hal-hal mengenai seksualitas adalah hal yang tabu bagi masyarakat kita. Isu mengenai sensualitas cenderung dihindari pada ruang-ruang publik, terkhususnya Gereja. Bukankah seksualitas adalah salah satu “berkat” dari Allah kepada manusia? Haruskah gereja mengesampingkan isu ini dalam pengajarannya bagi umat? Haruskah isu ketimpangan seksualitas diselesaikan melalui pembahasan yang dogmatis saja?

Dalam audisi calon Dosen tetap, Erich Von Marthin Elraphoma Hutahaean, Th.D memaparkan pandangan yang berbeda mengenai Pendidikan Kristiani sebagai jembatan untuk membentuk pemahaman akan seksualitas. Beliau mengusung tema “Memperluas Paradigma: Pendidikan Seksualitas Poskonvensional untuk Perkembangan Spiritualitas Dewasa Kristen” pada kegiatan ini. Dari tema ini, kata “Poskonvensional” menjadi pembeda, yaitu berkaitan dengan cara berpikir baru terhadap pemikiran konvensional, misalnya keyakinan, norma budaya, nilai, sikap dan keyakinan, sehingga menghindari disonansi kognitif. Menurut Hutahaean, alasan mengapa target pembelajaran mengenai seksualitas adalah individu dewasa dikarenakan mereka dapat membuat regulasi dalam menghindari kekerasan berkaitan dengan isu seksualitas.

“Kita dapat berbangga jika dibandingkan Korea Selatan, disana tidak bisa kita temukan pendeta perempuan yang memimpin ibadah. Bahkan para pekerja perempuan di sana menerimah upah yang lebih rendah jika dibanding pekerja pria” ujar Hutahaean.

Pendidikan seksualitas Pos-konvensional disusun atas 3 elemen, yaitu perspektif teologi, perspektif ilmu non-teologis dan narasi. Ketiganya saling terhubung secara relasional, setara dan terbuka. Dalam tahapan pendidikan seksualitas ini, dimulai dari isu yang ada, dipahami hakekatnya, misalnya kepemimpinan perempuan dalam jemaat. Selanjutnya adalah observasi, menemukan ketidakadilan, kekerasan, diskriminasi, dll,. Berikutnya adalah menentukan perspektif, terkait isu yang dibahas. Dilanjutkan discarment, yaitu memahami dengan hikmat dari Tuhan. Kemudian melalui refleksi baru atau aksi iman. Diakhiri menguji temuan, yaitu dengan berbagi melalui berbagai media belajar mengajar.

Kuliah Umum ini  dilaksanakan dalam rangkaian audisi calon dosen tetap STFT Jakarta bidang Pendidikan Kristiani, Moderator dalam kuliah umum ini adalah Pdt.(Em.) Dr. Rasid Rachman. Kegiatan ini dibuka oleh Pdt. Yonky Karman, Ph.D., selaku anggota tim assesment dan ditutup dengan doa oleh Pdt. Jacky Manuputty, M.A., selaku Sekertaris Umum PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia). Kegiatan ini dihadiri oleh civitas academica serta alumni dan tamu undangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *