“Saat kita mengakhiri suatu kegiatan, bukan berarti semua itu selesai atau terbebaskan” -Pdt. Maureen S. Rumeser-
Menjelang akhir semester, para mahasiswa mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir semester. Dalam rangka menguatkan para mahasiswa dan mensyukuri berjalannya satu semester, pada hari Jumat 26 April 2024 diadakan Ibadah Akhir Semester Genap dengan tema “Diutus menjadi Pelayan Pendamaian”.
Pdt. Maureen S. Rumeser memberikan sebuah pengantar dalam khotbahnya dengan mengambil istilah bahasa gaul jujurly. Pdt. Maureen mau memberikan gambaran bahwa terkadang seseorang yang kelihatan baik-baik saja ternyata bisa merasakan hal lain, misal: “jujurly saat berada disini, saya tidak dalam keadaan baik-baik (gugup, gemetar)”. Hal tersebut menggambarkan bahwa saat itu Pdt. Maureen sedikit gugup dalam menyampaikan khotbahnya.
Dalam khotbahnya, Pdt. Maureen mengatakan bahwa, ketika kita mengakhiri suatu kegiatan, tidak berarti semua telah selesai atau terbebaskan. Sama halnya Rasul Paulus, dalam memenuhi pengutusannya dalam pelayanannya di kota Korintus berhasil mendirikan Gereja bukan berarti memberitakan injil sudah selesai. Ketika menulis surat ini pun, dia dipenuhi konflik dan masalah dari sekitarnya. Timbul keragu-raguan dari jemaat, masalah jemaat dan sebagainya. Usaha Paulus untuk memulihkan hubungannya dengan jemaat di kota Korintus dan menguatkan iman. (Edel)
“Meniru Kristus diajarkan kepada kita, kunci kedekatan dengan Tuhan melalui rendah hati dan menuruti firman Tuhan. Menjadi manusia baru dimulai dari diri sendiri, mari memberi menjadi agen-agen pendamaian” Pdt. Maureen
“Berkaryalah dan jangan takut berbuat salah. Karena kita semua belajar. Bukan karena kita nilai jadi baik, tapi Tuhan kemampuan kita.” Prof. Binsar J Pakpahan