
Pada hari Kamis, 13 April 2023, Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta (STFT Jakarta) telah melaksanakan Kuliah Umum Tamu dengan tema “Moderasi Beragama”. Kuliah Umum Tamu kali ini dimoderatori oleh Pdt. Binsar J. Pakpahan, Ph.D. Pembicara pada kuliah umum tamu kali ini adalah Ibu Dr. Jeane Marie Tulung S.Th, M.Pd. yang merupakan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Lt.1 STFT Jakarta mulai dari pukul 10.00-12.00 WIB.

Acara ini diawali dengan pengantar yang diberikan oleh Gerald Tanjung. Kemudian, kuliah umum tamu dibuka dengan kata sambutan dan doa yang dipimpin oleh Ibu Septemmy Lakawa. Setelah doa, acara diserahkan kepada Pdt. Binsar J. Pakpahan selaku moderator pada kuliah umum tamu kali ini. Moderator menjelaskan informasi mengenai latar belakang pembicara dan menjelaskan apa itu Bimbingan Masyarakat Kristen. Setelah itu, moderator memberikan kesempatan kepada pembicara untuk memulai kuliah umum.
Beliau mengatakan moderasi beragama merupakan salah satu program prioritas menteri agama dari tujuh program prioritas. Penting untuk terus mensosialisasikan dan menggaungkan moderasi beragama. Banyak pertanyaan yang muncul mengenai moderasi beragama. Beliau mengambil sebuah semboyan dari Bpk. Sam Ratulagi untuk sebuah esensi agama yaitu “Sitou Timou, Tumou Tou” yang memiliki arti manusia hidup untuk memanusiakan manusia lainnya.
Beliau menambahkan bahwa kita harus berada di tengah-tengah. Dalam tanda petik kita harus radikal. Dalam memahami ajaran agama kita, kita harus benar-benar memahami seperti apa ajaran kita. Tanpa mengurangi rasa kualitas iman, kalau keyakinan kita benar, maka apa yang diyakini oleh agama lain benar, kita harus menghargai hal tersebut dan bersikap toleran. Bukan malah membuat jarak terhadap mereka.
Beliau menambahkan lagi ada empat indikator moderasi beragama. Pertama adalah komitmen kebangsaan bahwa kita sebagai orang beragama harus menerima prinsip-prinsip berbangsa yang tertuang dalam Konstitusi UUD 1945 dan regulasi dibawahnya. Kedua adalah toleransi. Kita harus menghormati perbedaan dan memberi ruang orng lain untuk mengekspresikan keyakinannya, dan menyampaikan pendapat, menghargai kesetaraan, dan sedia bekerjsama. Ketiga adalah anti kekerasan. Kita harus menolak tindak seseorang atau kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan. Terakhir adalah penerimaan terhadap tradisi. Kita harus ramah dalam menerima tradisi dan budaya lokal dalam perilaku keagamaannya sejauh tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama.
Moderasi beragama dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling bertautan. Setiap faktor (masyarakat, pendidikan, keagamaan, media, politik, dan negara) berinteraksi dan saling mempengaruhi sehingga membentuk sebuah sistem yang kompleks. Penguatan moderasi beragama perlu dilakukan secara holistik dan komperhensif dengan pendekatan sinergitas kerja sama. Pada akhir sesi, Ibu Dirjen memberikan pegangan ayat Alkitab bagi para pendengar untuk menjalankan moderasi beragama yang diambil dari Yohanes 13:34-35; Yehezkiel 18:23; dan Roma 14:19. Tugas kita adalah merawat NKRI sebagai rumah kita. Kita harus bertanggung jawab di dalamnya. Pada akhirnya, moderasi beragama mencita-citakan terwujudnya warga bangsa yang hakikatnya adalah umat beragama dapat senantiasa hidup damai dan rukun dengan sesama di tengah keragaman yang ada.
Dalam kuliah umum ini juga terdapat beberapa respon-respon yang diberikan oleh mahasiswa sarjana. Mereka merespon tekait materi moderasi beragama yang dijelaskan oleh Ibu Dirjen. Selain respon, dibuka juga sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator. Diskusi berjalan dengan lancar dan sangat menarik.

Di akhir sesi kuliah umum, moderator memberikan kesimpulan dari materi dan sesi tanya jawab yang sudah dilaksanakan. Moderator mengucapkan terima kasih kepada pembicara dan juga para peserta yang sudah ikut di dalam kuliah umum pada kali ini. Tidak lupa, Ibu Septemmy Lakawa mewakili STFT Jakarta memberikan cinderamata sebagai kenang-kenangan kepada Ibu Dr. Jeane Marie Tulung S.Th, M.Pd. Kemudian, mahasiswa bersama narasumber dan yang lain melakukan foto bersama. JRN