
Pada Kamis, 20 Maret 2025. Pdt. Prof. Binsar J. Pakpahan, Ph.D, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta (STFT Jakarta) memberikan sambutan dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Kristen. Ketua STFT Jakarta memberikan sambutan mewakili Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen (PTKK) di Indonesia. Rakernas Ditjen Bimas Kristen juga turut dihadiri Menteri Agama Republik Indonesia, Bpk. Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. dan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen, Ibu. Dr. Jeane Marie Tulung., S.Th., M.Pd.
Di dalam sambutannya, Ketua STFT Jakarta menyebutkan Rakernas ini adalah momentum strategis untuk bertemu dan bermusyawarah dalam rangka merancang masa depan pendidikan keagamaan Kristen di Indonesia. Terdapat tiga pokok pikiran yang ditekankan oleh Prof. Pakpahan, yaitu:
- Pentingnya kolaborasi di atas kompetisi
- Keseriusan PTKK dalam mengelola pembinaan karakter moral dan ekoteologi
- Peningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Di awal sambutannya, Ketua STFT Jakarta menekankan kembali semangat kolaborasi di antara perguruan tinggi keagamaan Kristen (PTKK).
“Di tengah banyaknya lembaga—385 PTKK tersebar di seluruh Nusantara—kita dihadapkan pada godaan untuk saling bersaing. Namun, yang kita butuhkan saat ini bukanlah kompetisi, melainkan kerja sama lintas lembaga, lintas sinode, bahkan lintas denominasi, demi memperkuat ekosistem pendidikan Kristen yang berkualitas dan relevan.” jelas Prof. Pakpahan.
Kedua, Ketua STFT Jakarta mengingatkan bahwa PTKK tidak boleh abai terhadap kualitas. Bonus demografi “Indonesia Emas 2045” memberi peluang besar, namun juga tantangan serius. Prof. Pakpahan menyoroti kelebihan produksi lulusan teologi, sementara di sisi lain masih kekurangan dosen yang memiliki kualifikasi akademik memadai, khususnya pada jenjang Magister dan Doktor, dan berjabatan fungsional dosen Guru Besar. Ia menyampaikan bahwa PTKK perlu menaikkan mutu, dengan jujur, bukan hanya mendorong kuantitas, karena gereja dan masyarakat menaruh harapan pada PTKK untuk mencetak pemimpin-pemimpin Kristen yang kompeten, kontekstual, dan berintegritas.
“Kita perlu pendidikan karakter yang kuat karena Indonesia sedang memerlukan banyak teladan moral di tengah berbagai tantangan dan kasus korupsi yang terbuka. Kita perlu pendidikan ekoteologi yang tidak berfokus kepada pendekatan antroposentris, melainkan pendekatan kosmik, bahwa kita semua adalah makhluk ciptaan Tuhan karena itu kita perlu saling menjaga.” Terang Prof. Pakpahan.
Prof Pakpahan juga turut memberikan kutipan Ayat Alkitab dalam sambutannya
“Jangan iri kepada orang jahat, jangan ingin bergaul dengan mereka” (Amsal 24,1).
Ketiga, Ketua STFT Jakarta melihat peluang besar bahwa Indonesia dapat menjadi salah satu pusat pengembangan studi teologi global. Dengan keberagaman tradisi gereja, konteks sosial-keagamaan yang dinamis, dan sumber daya manusia yang potensial, Indonesia dapat menawarkan perspektif teologis yang segar dan penting bagi dunia.
“Karena itu, kami mendorong pemerintah, khususnya Kementerian Agama, untuk menyiapkan program pengembangan SDM yang tepat guna. Kami menyambut baik program Beasiswa Indonesia Bangkit, dan berharap Ditjen Bimas Kristen dapat terus memperjuangkan akses yang lebih luas, termasuk membuka peluang beasiswa jenjang di level magister sebagai tambahan beasiswa program doktoral dalam negeri yang sudah berjalan baik. Ini akan menjadi investasi jangka panjang bagi gereja dan bangsa.” Jelas Prof. Pakpahan.
Pada akhir sambutan, Ketua STFT Jakarta mengajak seluruh elemen bekerja bersama melampaui sekat-sekat denominasi, demi pendidikan keagamaan Kristen yang unggul dan berdampak.
Sumber gambar:
Instagram Ditjen Bimas Kristen @Bimaskristenri