Romo B.S. Mardiatmadja, SJ menjadi pelayan firman di ibadah Rabu Abu dengan tema khotbah “Tobat”. Ibadah Rabu Abu yang diadakan pada hari Rabu (26/2), di aula lantai 1 Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta (STFT Jakarta) menjadi tanda untuk menyongsong masa pra-Paskah. Ibadah ini dimulai pukul 17.00 WIB dan diikuti oleh seluruh sivitas academika STFT Jakarta.
Ketika lonceng telah berbunyi sebanyak 12 kali, umat mulai memasuki ruang ibadah untuk mempersiapkan diri mereka. Namun, sebelum ibadah dimulai umat dilatih beberapa lagu dalam tata ibadah. Ibadah Rabu Abu ini dilakukan dengan khidmat. Semua umat datang untuk mengakui dosa mereka dan bertobat. Hal ini ditandai dengan narasi-narasi yang ada dalam tata ibadah. Narasi-narasi serta lagu-lagu yang dinyanyikan mengajak umat untuk berbalik dan bertobat dari kenikmatan duniawi.
Dalam khotbahnya, Romo Mardiatmadja memberikan beberapa contoh mengenai pentingnya abu dalam kehidupan dunia. Contoh pertama, Romo mengeluarkan sebatang rokok dan menyuruh salah satu umat untuk membakar lalu menghisap rokok tersebut. Setalah itu romo bertanya kepada umat mengenai kenikmatan yang didapat seseorang ketika menghisap rokok? Romo menjawab bahwa abu-lah yang menjadi kenikmatan bagi seorang perokok. Selain itu, Romo juga mencontohkan sebuah bedak yang digunakan sebagai alat kecantikan seorang perempuan. Dalam bedak itu, terdapat bubuk abu yang dapat membuat seseorang menjadi cantik.

Rm. B. S. Mardiatmadja, SJ saat menyampaikan khotbah dalam Ibadah Rabu Abu.

Romo berkata bahwa kunci dari perayaan Rabu Abu adalah abu-nya. Abu digunakan sebagai media pertobatan kepada umat. Namun, seringkali manusia memandang abu sebagai sesuatu yang negatif. Hal ini tidak boleh dilakukan lagi karena Tuhan memandang abu sebagai patner kerjanya dalam menciptakan kehidupan (Kej. 2:4-7).
Melalui Ibadah Rabu Abu ini, umat dipersiapkan untuk menghadapi pesta paskah. Pesta Paskah ini mempersiapkan umat untuk menghadapi kematian Yesus.
Setelah selesai berkhotbah, Romo mengajak umat berefleksi melalui mazmur yang dinyanyikan. Dalam pujian itu, umat diajak untuk memohon bantuan dari Yesus agar setiap langkah manusia, Tuhan akan sertai selalu.
Setelah selesai berefleksi, umat diajak untuk maju kedepan untuk mengoleskan abu pada dahi orang lain sambal berkata, “Engkau adalah debu dan akan kembali menjadi debu”. Setelah selesai pengolesan abu, umat diajak untuk doa syukur atas pengolesan abu tersebut. (KN)

Pengolesan abu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *