Pusat Kajian Liturgi dan Musik Gereja (PKLMG) dan Pusat Kajian Pendidikan Kristiani (PKPK) STFT Jakarta menyelenggarakan doa bersama di Masa Prapaskah dengan 10 metode berdoa. Kegiatan ini berlansung sejak 23 Februari – 26 Maret 2021 pukul 19.00-20.00 WIB, yang mana dilaksanakan setiap hari selasa dan jumat. Kegiatan yang berlangsung melalui aplikasi zoom meeting ini memiliki tujuan untuk lebih menghayati Allah melalui doa dan memperkenalkan berbagai macam bentuk doa yang bisa diterapkan di berbagai komunitas Kristen atau gereja masing-masing. Dalam setiap pertemuan, akan ada sesi penjelasan dan praktik bersama.

Dalam gambar: Pdt. Rasid Rachman (Dosen tetap STFT Jakarta)

Pertemuan pertama dilaksanakan pada Selasa (23/02) dengan metode berdoa “Berpadang Pasir bersama Yesus Sang Penyintas.” Metode Berdoa di Padang Pasir ini dipimpin oleh Pdt. Rasid Rachman dengan memberikan penjelasan terlebih dahulu, kemudian mempraktekannya bersama. Metode berdoa di Padang Pasir ini adalah metode berdoa yang mengajak kita untuk melihat dan merasakan apa yang terjadi ketika Yesus berada di Padang Pasir/Padang Gurun. Biasanya, kita melihat bahwa Padan Gurun/Padang Pasir itu sepi karena tak ada kehidupan disana. Namun ternyata salah, di Padang Pasir juga ada kehidupan, ada ciptaan lain yang hidup disana. Dalam arti semantik (maknawi), padang pasir merupakan arena pelatihan diri melalui disiplin keras. Melalui disiplin keras, Yesus dapat melakukan peziarahannya di Padang Gurun selama 40 hari dengan baik. Metode doa ini terdiri atas lima tahap, yaitu: Tahap ke-1 (Memasuki Padang Pasir, Aku Sendiri), tahap ke-2 (Aku adalah Anak Allah), tahap ke-3 (Aku Layak Mendapatkan Segalanya), tahap ke-4 (Sebesar Imanku!), dan tahap ke-5 (Akhir Pengembaraan, Aku Berjumpa dengan Penyintas Lain). Kelima tahap ini berlangsung kurang-lebih 15 menit.

Dalam gambar: Johanes Lengkong

Pertemuan kedua dilaksanakan pada Jumat (26/02) dengan Metode “Berdoa dengan Indra”. Metode ini dipimpin oleh Johanes Lengkong. Metode berdoa dengan melihat ini dimulai dengan mengajak peserta untuk berdoa dengan melihat (Visio Divina). Peserta diminta untuk mulai menenangkan diri dengan memejamkan mata sebentar sambil mendengar alunan musi yang mengalun. Ketika sudah berhasil menenangkan diri, para peserta dipersilahkan untuk memandang sebuah gambar yang tertera pada screen, kemudian berfokus pada bagian tertentu dari gamber selama beberapa detik. Setelah berdoa dengan melihat, para peserta dipersilahkan untuk berdoa dengan sentuhan, Berdoa dengan sentuhan dimulai dengan menyentuh mata, kemudian menyentuh telinga, kemudian menyentuh hidung, kemudian menyentuh mulut, menyentuh tangan, menyentuh kaki, dan kemudian menyentuh pergelangan tangan (denyut nadi). Ketika menyentuh bagian-bagian tubuh tersebut, para peserta diajak untuk berkata “Allah memelukku dan merangkulku.” Setelah selesai menyentuh bagian-bagian tubuh tersebut, para peserta dipersilahkan untuk menyentuh benda-benda yang saat itu berada disekitar mereka. Setelah menyentuh, para peserta diminta untuk merasakan, menjelajahi benda yang ada di tangan mereka tersebut. Metode berdoa dengan indra ini mengajak kita untuk merasakan Tuhan melalui indra yang kita miliki.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada Jumat (02/03) dengan metode “Berdoa dengan Meditasi dan Pernapasan.” Metode berdoa ini dipimpin oleh Alumni STFT Jakarta angkatan 2016, Anna. Metode berdoa ini mengajak para peserta untuk hening, tidak ribut dan hadir seutuhnya. Dalam keheningan, para peserta diajak untuk sadar akan suara hatinya dan sadar akan dirinya. Mereka juga diajak untuk tidak ridut dengan tidak terpengaruh dengan perasaan emosi yang ada didalam dirinya. Para peserta diajak pula untuk hadir secara untuh, yaitu dengan menerima perasaan mereka, emosi mereka dan menerima tubuh mereka. Para peserta harus dapat menerima diri mereka secara utuh di sini, saat ini dan seperti ini.

Pertemuan keempat dilaksanakan pada Selasa (05/03), dengan metode “Berdoa dengan Zentangle.” Metode doa ini dibawakan oleh Pdt. Justitia Vox Dei Hattu. Zentangle adalah seni menciptakan ssebuah gambar dengan mengulang pola (pola-pola) yang sama berulang kali. Metode berdoa dengan Zentangle ini dapat dilakukan oleh semua usia, dari anak-anak sampai dewasa (tua). Berikut beberapa manfaat metode Zentangle yang dapat diketahui:

  1. Zentangle dapat menenangkan diri dan membuat relaks.
  2. Zentangle dapat dikerjakan dimana saja.
  3. Zentangle dapat membantu kita mengenali kesalahan dan berdamai dengannya.
  4. Zentangle dapat menolong kita menikmati setiap momen dalam kehidupan kita.
  5. Zentangle dapat membentu kita mengatasi amarah.
  6. Zentangle dapat membantu kita mengurangi stress.

Zentangle dapat mengatasi kepanikan dan mengalihkan perhatian dari sesuatu yang menakutkan.

Kadang, ada waktu dimana kata-kata tidak mampu mengekspresikan apa yang kita pikirkan dan rasakan. Ada waktu ketika imajinasi yang divisualisasikan lebih kuat maknanya daripada kata-kata. Berdoa tidak selalu mengunakan kata-kata. Jika kata yang mau diucap terlupakan, gambar bisa mengingatkan kita. Metode berdoa dengan zentangle tidak dapat memulihkan sepenuhnya semua rasa sakit, ketakutan, kecemasan, dll, tetapi dapat mengurangi perasaan-peraan baru yang lebih menenangkan. Sebelum memulai berdoa dengan metode zentangle, para peserta dipersilahkan untuk menyiapkan kertas, alat tulis yang digunakan.

Pertemuan kelima dilaksanakan pada Jumat (09/03) dengan metode “Berdoa dengan Musik Instrumentalia.” Metode doa ini dipimpin oleh Rahel Daulay. Musik instrumentalia merupakan musik yang dihasilkan dari benda/alat musik yang lain. Ibadah dimulai dengan menjelaskan tentang musik instrumen, yang mana memiliki kekuatan yang tidak dapat diragukan lagi untuk menenangka jiwa. Pergerakan musik dapat menolong berbagai aspek kehidupan, mulai dari jasmani sampai rohani. Para peserta diajak untuk berdoa dengan mendengarkan musik instrumen dan mulai menuliskan doanya masing-masing.

Pertemuan keenam dilaksanakan pada Selasa (12/03) dengan metode “Berdoa dengan Nyanyian.”Metode doa ini dipimpin oleh Williams Bill Mailoa. Berbeda dengan metode doa minggu lalu yang menggunakan instrumen, metode doa yang digunakan kali ini adalah metode doa dengan nyanyian. Nyanyian berisi untaian doa. Nyanyian mengingatkan kita tentang betapa pentingngya doa. Nyanyian dapat membawa kita dalam suasana doa. Pada kesempatan ini, para peserta diajak untuk menyanyikan doa masing-masing dan berdoa dalam setiap doa nyanyian kehidupannya.

Pertemuan ketujuh dilaksanakan pada Jumat (15/03) dengan metode “Berdoa dengan Nyanyian dari Taize.”Doa dan nyanyian dari Taize merupakan salah satu bentuk doa meditatif dan reflektif. Umumnya bentuk doa ini dilakukan secara komunal, baik di gereja maupun kelompok-kelompok doa yang lain. Doa dengan nyanyian dari Taize merupakan ruang dan waktu bagi seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan Allah melalui nyanyian-nyanyian yang sederhana namun indah dan penuh makna. Doa ini terdiri dari nyanyian-nyanyian meditatif yang dinyanyikan secara terus-menerus dengan alunan musik yang sederhana dan dekorasi ruangan yang menditatif.

Pertemuan kedelapan dilaksanakan pada Selasa (19/03) dengan metode “Berdoa dengan Prayer Beads.”Metode doa ini dipimpin oleh Novy A.E. Sine. Metode doa prayer beads ini merupakan metode doa yang mengajak para peserta untuk melatih fokus ketika berdoa dan biasanya digunakan sebagai salah satu bentuk pemulihan atas trauma. Prayer Beads merupakan kumpulan manik-manik yang dibuat dan dirangkai menjadi sebuah bentuk utnk menolong orang dalam berdoa. Biasanya prayer beads ini digunakan oleh banyak agama, seperti Hindu, Budha, Kristen, Islam, Shinto, Sikh, Umbanda, dan Baha’I. Prayer Beads merupakan bentuk doa atau nyanyian yang dilakukan secara berulang-ulang. Setelah menjelaskan secara singkat tentang prayer beads, para peserta diminta untuk membuat prayer beadsnya masing-masing. Setelah selesai, para peserta diajak untuk berdoa bersama.

Pertemuan kesembilan dilaksanakan pada Jumat (23/03) dengan metode “Berdoa dengan Salib Genggam.”Metode doa ini dibawakan oleh David Sihite. Metode doa ini merupakan metode doa yang sangat khas dalam membentuk spiritualitas doa yang terus-menerus mengingatkan kita akan penyerahan diri sepenuhnya pada Kristus dan pada saat yang sama terus berusaha dengan sebaik-bainya mengekspresikan iman dalam keseharian.

Pertemuan kesepuluh merupakan pertemuan terakhir yang dilaksanakan oleh PKLMG dan PKPK. Pertemuan ini dilaksanakan pada Selasa (26/03) dengan metode “Menyusuri Jalan Salib.”Jalan salib kali ini merupakan jalan salib yang biasanya dilakukan secara offline. Namun, bedanya sekarang adalah dilakukan secara online. Setiap perhentian dimulai dengan pengantar dalam mengenang salib Kritus, menjelaskan salib kita pada masa kini, dan diakhiri dengan doa serta nyanyian. Terdapat 15 perhentian yang dilakukan dalam jalan salib kali ini.

Demikian 10 metode doa yang diperkenalkan oleh STFT Jakarta kepada khalayak umum. Besar harapan kami adalah metode-metode doa ini dapat digunakan oleh setiap komunitas Kristen dengan baik. Akhir kata kami menyampaikan, Selamat Paskah. Kiranya Tuhan memberkati. (KN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *