
Pada hari Selasa, 24 September 2024, Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta mengadakan kelas penyegaran yang bagi para alumni/a STFT Jakarta. Kelas penyegaran dibagi menjadi dua kelas dengan pembicara; Pdt. Septemmy E. Lakawa Th.D., (Dosen STFT Jakarta) dengan tema “Trauma Healing” dan Dr. Novy Amelia Elisabeth Sine., (Dosen STFT Jakarta) & Pdt. Justitia Voi Dex Hattu Th.D., (Wakil Ketua Bidang Relasi Publik) untuk tema “Pelayanan Intergenerasional”. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring dan luring serta dihadiri oleh para alumni program sarjana, magister, dan doktoral STFT Jakarta dari tahun 80-an hingga mahasiswa aktif program Sarjana 2024.

Dalam penyampaian materi “Trauma Healing” yang dimoderatori oleh Christian Samuel, Lakawa menekankan bahwa kerahasiaan dalam cerita trauma harus dijaga dan tidak untuk disebarluaskan. Lakawa menjelaskan bahwa trauma identik dengan berpulih atau diberi waktu batasan untuk pulih dan mencoba mematahkan paradigma tersebut dengan mengacu kepada kompleksitas dari “trauma” dengan mendefinisikan kembali kata “trauma” menurut beberapa teolog trauma. Kemudian, Lakawa menegaskan pentingnya pendalaman teks dalam narasi trauma dan penyakit yang ada di dalam Alkitab. Menurutnya, pemulihan trauma membutuhkan proses yang berlangsung seumur hidup dan Ia menawarkan scents of promise and healing dengan mencium wewangian serai, minyak dan lain lain sebagai wujud pemulihan yang kontekstual. Pada penghujung kelas, Lakawa mengajak hadirin bermeditasi dalam nyanyian hymn dan gerak tubuh.
Kelas penyegaran juga dilaksanakan oleh dua dosen pendidikan kristiani STFT Jakarta, yang dimoderatori Erich Von Marthin Elraphoma Hutahaean Ph.D . Sine dan Hattu menjelaskan bahwa masih banyak gereja di Indonesia yang mengutamakan model Pelayanan Kategorial, dan pelayanan intergenerasional merupakan penyeimbang bagi pelayanan kategorial karena setiap generasi memiliki cerita atau pengalaman sendiri untuk dibagikan. Nyatanya setiap generasi memberikan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan gereja, maka tiap generasi harus mendapatkan tempat dan menjadi subjek dalam pelayanan gereja. Sine dan Hattu menekankan bahwa relasi dalam intergenerasi perlu untuk ditingkatkan dalam bentuk pengakuan kehadiran dan kombinasi pelayanan antar generasional untuk membangun hubungan kekeluargaan yang baik dalam Gereja. (KAS)