
Pdt. Gumulya Djuharto atau biasa disapa Pak Gum adalah mahasiswa Program Doktoral Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta asal Sinode Gereja Kristus Tuhan (GKT). Ia melayani penuh waktu sebagai Dosen Tetap di Sekolah Tinggi Teologi Aletheia (STT Aletheia), Malang, Jawa Timur. Pak Gum memulai studi Doktoral di STFT Jakarta pada tahun 2021 dan telah melaksanakan Sidang Disertasi pada 13 Desember 2024. Di sela kesibukan sebagai mahasiswa doktoral, ia melayani di gereja-gereja sahabat dikarenakan sedang mengambil cuti studi sebagai dosen.
Tema disertasi dari Pak Gum adalah Metode Tafsir Narasi Ritual Integratif dalam Mengonstruksi Ulang Narasi-narasi yang Kompleks dan Problematik: Studi Kasus 2 Samuel 21:1-14. Selama melaksanakan penelitian, ia dibimbing oleh tiga orang dosen yaitu Pdt. Agustinus Setiawidi, Th.D., sebagai Dosen Pembimbing Utama; Pdt. Asigor Sitanggang, Th.D., sebagai Dosen Pembimbing Studi Pendamping 1; dan Pdt. Prof. Binsar J. Pakpahan, Ph.D., Sebagai Dosen Pembimbing Studi Pendamping 2.
Sumbangsih yang ingin diberikan dari Disertasi tersebut adalah menolong pembaca untuk membaca narasi dalam Kitab Suci secara komprehensif dan memperhitungkan berbagai alternatif pembacaan sehingga memungkinkan untuk melakukan konstruksi ulang terhadap teks tertentu. Dalam tulisannya, Pak Gun menggunakan narasi 2 Samuel 21:1-14 sebagai studi kasus sehingga terbuka kemungkinan untuk melakukan konstruksi ulang tentang kepemimpinan, yang bukan hanya berpusat pada Daud, melainkan juga pada tokoh-tokoh lainnya, yang juga dapat dipelajari oleh Daud sebagai seorang pemimpin. Pada akhirnya, Pak Gun menyimpulkan bahwa pemimpin seperti Daud bukan hanya dijadikan teladan, tetapi juga perlu belajar dari tokoh lainnya, termasuk tokoh yang dianggap tokoh marginal.
Menjalani proses studi Doktoral tentu bukanlah perkara yang mudah, Pak Gun bercerita selama masa pandemi memang memudahkan dirinya karena tidak perlu sering datang ke kampus. Di sisi lain hal ini menyulitkan dirinya untuk berelasi dengan teman-teman seangkatan. “Sampai sekarang saya tidak pernah bertemu dengan rekan-rekan seangkatan, kecuali satu dua orang yang sudah pernah bertemu sebelumnya.” Ungkapnya. Selain itu, ia perlu menyesuaikan diri dengan kesibukan dari dosen-dosen di STFT Jakarta. Hal ini menolongnya untuk menemukan hikmat Ilahi dan bergantung penuh pada Tuhan semata.
Pak Gun juga bercerita bahwa studi di STFT Jakarta selalu menekankan sisi kontekstual dari penelitian yang dikerjakan. “Di satu sisi, bagi saya yang berkecimpung dalam dunia Biblika, khususnya Perjanjian Lama, hal ini sempat memberikan kesulitan tersendiri. Tetapi di sisi lain, hal ini justru membimbing saya kepada keyakinan, yang makin hari makin tebal, bahwa teks-teks Kitab Suci memberikan fondasi yang baik untuk hampir semua permasalahan modern yang perlu diteliti dan dianalisis.” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa kemampuan mengkontekstualisasikan sebuah penelitian biblis hanya dapat terjadi apa bila seorang penafsir memiliki wawasan yang luas tentang teks, bahwa teks memiliki berbagai makna, sehingga memberikan ruang yang cukup luas untuk melakukan eksplorasi dan menemukan hal-hal yang mungkin tidak terpikirkan pada masa-masa sebelumnya.
Terakhir, Pak Gun memberikan pesan penguatan bagi kita semua.
“Tuhan mengosongkan sesuatu karena Tuhan ingin mengisinya kembali.”