Pada tanggal 24 Februari 2025, Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Jakarta kembali menyelenggarakan kuliah umum bulanan daring bertajuk “Kala dan Kalam”. Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Dr. Novy A. E. Sine, dosen tetap STFT Jakarta, dan Justitia Vox Dei Hattu, Th.D., juga dosen tetap STFT Jakarta. Rangkaian kegiatan ini dipandu oleh Yosep Iswanto Padabang, M. Th., mahasiswa doktoral STFT Jakarta, yang bertindak sebagai moderator. Kegiatan ini berlangsung pukul 15:00 hingga 18:00 WIB.

Pada Sesi pertama, Dr. Novy A. E. Sine, yang akrab disapa Kak Novy, membuka sesi pertama dengan topik “Keluarga Tidak atau Bahagia di Era Digital”. Ia memulai pemaparannya dengan mengajak peserta untuk merefleksikan makna keluarga melalui simbol-simbol. Peserta diminta menggambarkan keluarga dengan simbol yang mewakili perasaan mereka. Beragam jawaban muncul, seperti rumah, sepatu, pohon, dan lainnya, menunjukkan antusiasme peserta dalam mengekspresikan pandangan mereka.

Kak Novy menjelaskan bahwa digitalisasi memiliki dampak ganda, baik positif maupun negatif. Salah satu dampak positifnya adalah kemudahan dalam berkomunikasi, sementara dampak negatifnya termasuk potensi keterasingan antar anggota keluarga. Untuk menghadapi tantangan ini, Kak Novy menekankan pentingnya menerapkan prinsip “AWE” dalam membangun keharmonisan keluarga, yaitu: affection (kasih sayang), warmth (kehangatan), dan encouragement (dorongan). prinsip ini diharapkan dapat membantu keluarga tetap solid di tengah gempuran era digital.

Setelah jeda singkat, sesi kedua dimulai dengan pemaparan dari Justitia Vox Dei Hattu, Th. D., yang akrab disapa Usi Justi. Topik yang dibawakan adalah “YOLO ke YONO: Pedagogi Hidup Ugahari di Tengah Budaya Konsumerisme.” Usi Justi menjelaskan konsep YOLO (You Only Live Once) sebagai gaya hidup yang cenderung hedonis dan boros, di mana seseorang cenderung memenuhi keinginan secara berlebihan tanpa mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya. 

Sebaliknya, Usi Justi memperkenalkan konsep YONO (You Only Need One), yang mengedepankan hidup sederhana dan minimalis. Gaya hidup ini sejalan dengan filosofi “ugahari” atau hidup secukupnya, yang tidak hanya bermanfaat bagi keseimbangan pribadi tetapi juga bagi lingkungan. Dari perspektif teologis, Usi Justi menegaskan bahwa hidup ugahari merupakan bentuk tanggung jawab manusia sebagai makhluk yang diciptakan untuk menjaga harmoni dengan alam dan sesama.

Kedua sesi berlangsung secara interaktif dan informatif. Peserta diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan dan berdiskusi dengan para narasumber. Tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa STFT Jakarta, acara ini juga menarik minat peserta dari berbagai latar belakang, termasuk anggota gereja dan masyarakat umum.

Kuliah umum “Kala dan Kalam” kali ini sukses memberikan wawasan mendalam tentang dua topik yang relevan dengan kehidupan modern, yaitu tantangan keluarga di era digital dan pentingnya hidup ugahari di tengah budaya konsumerisme. Kegiatan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan peserta tetapi juga menginspirasi mereka untuk menerapkan nilai-nilai yang dibahas dalam kehidupan sehari-hari. (WPS).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *