Dr. Yonky Karman, seorang dosen STT Jakarta bidang Perjanjian Lama, menjadi salah satu penerima penghargaan Cendekiawan Berdedikasi 2015. Dr. Karman sudah aktif menulis di harian Kompas selama 15 tahun.

“Yang saya kerjakan dalam olah intelektual ini untuk perjalanan demokrasi. Kompas tidak sekadar sebagai koran. Kompas hadir setiap hari mengenalkan keindonesiaan. Kompas, bagi saya, sebagai rumah intelektual,” kata Yonky.

Keempat penerima penghargaan lainnya adalah Sri Moertiningsih Adioetomo (72), sebagai ahli demografi, Guru Besar Emeritus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia; Azyumardi Azra (60), Ketua Dewan Penasihat Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; Yudi Latif (51), Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan; dan A Prasetyantoko (42), Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Atma Jaya Jakarta.

Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama dalam sambutannya mengatakan, para penerima penghargaan Cendekiawan Berdedikasi 2015 sebagai penulis yang selama ini dihargai para pembaca Kompas. Jakob juga menyampaikan harapan kepada para penulis ke depan untuk terus saling membantu.

Dalam menyambut ucapan selamat dari koleganya para dosen, Dr. Karman mengatakan,

“Saya bersyukur kepada Tuhan atas kejutan yang masih saja ada dalam hidup saya yang singkat. Sesungguhnya saya masih belum jelas dan merasa asing berada di antara penerima penghargaan lain yang memang pakar dalam bidangnya. Karya saya tak terkait disiplin ilmu yang saya tekuni. Bahkan, nilai dalam BKD untuk artikel di Kompas kecil sekali dibandingkan dengan artikel renungan saya di majalah rohani populer Bahana. Namun, saya tetap sangat berterima kasih kepada Kompas yang memelihara intektualitas sebagai roh jurnalisme. Saya berterima kasih atas kehadiran dan kontribusi Ibu/Bapak selama ini menjadikan STTJ sebagai sebuah rumah intelektual, “rumah pertama” dalam bahasa saya. Dalam kata sambutan saya saat penganugerahan itu kemarin pagi di depan owner dan petinggi Kompas (acara itu internal), saya katakan bahwa Kompas merupakan rumah intelektual kedua saya. Sebagaimana Kompas mengambil bagian penting dalam satu bagian perjalanan hidup saya, demikian juga STTJ. Saya bersyukur kepada Tuhan yang telah memakai Ibu/Bapak dengan cara masing-masing membentuk karya dan intelektualitas saya. Saya berharap tetap dapat belajar dari Ibu/Bpk, langsung ataupun tak langsung, serta sangat berharap untuk masukan/kritik, sebab saya masih akan menulis dengan banyak kekurangan. Tuhan memberkati karya kita semua!”

Selamat pak Yonky!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *