Kelas tematis—kelas khusus mahasiswa tahun ketiga dan keempat—Sejarah Liturgi Sekolah Tinggi Filsafat Theologi jakarta (STFT-J) menggelar kuliah umum (kulum) tamu berjudul “Mengenal Liturgi Gereja Koptik”. Hadir sebagai pembicara Abouna—panggilan imam dalam bahasa Arab yang berarti ayah kita—John Edward dari Gereja Ortodoks Koptik Indonesia (GOKI) yang merupakan yurisdiksi Paus dan Patriark Alexandria. Bertempat di aula lt. 5 STFT-J, Rabu kemarin (11/3).
Kulum yang berlangsung selama sekitar 90 menit tersebut dihadiri oleh mahasiswa STFT-J dan khalayak lain yang ingin tahu seluk beluk liturgi Gereja Koptik. Dari sederetan tamu yang datang mendengarkan ceramah Abouna John, tampak Pater/Romo Gabriel Rehatta dari Gereja Orotodoks Indonesia (GOI) yurisdiksi Patriark Ekumenis Konstantinopel. Hal itu membuat kuliah tersebut menjadi istimewa karena menghadirkan semangat ekumenis yang diusung STFT-J.
Abouna John membawa seorang jemaat GOKI yang bertindak sebagai penerjemah. Para peserta tampak antusias dan penasaran dengan materi abouna karena topik mengenai gereja-gereja Ortodoks Oriental, termasuk Gereja Ortodoks Koptik, jarang diketahui oleh umat Kristen Protestan.
Abouna John menjelaskan prinsip-prinsip liturgi Gereja Koptik, termasuk ibadah harian dan nyanyian yang digunakan. Beliau memaparkan dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan oleh pendampingnya. Selesai memaparkan materi, para peserta bergantian memberikan pertanyaan kepada Abouna John.
Pertanyaan yang menarik disampaikan oleh Rahel Daulay, dosen Musik Gereja STFT-J. Daulay meminta Abouna John menjelaskan dan mencontohkan nyanyian yang digunakan dalam Gereja Koptik. Abouna menjelaskan bahwa umumnya terdapat dua jenis nyanyian, yang bernuansa sukacita dan dukacita. Perbedaannya terlihat dalam panjang-pendeknya sebuah nada; apabila sebuah nada dinyanyikan dengan panjang, berarti nyanyian tersebut bernuansa dukacita. Selain itu, nyanyian dalam liturgi Gereja Koptik hanya menggunakan dua jenis alat musik sebagai pengatur tempo sehingga nyanyian tersebut kerap dinyanyikan tanpa iringan alat musik. Sementara itu, ibadah di luar liturgi, seperti sekolah minggu atau persekutuan tertentu, boleh menggunakan alat musik.
Sayangnya, waktu yang tersedia terbatas. Ada beberapa pertanyaan yang tidak dijawab oleh Abouna John karena waktu yang tidak memadai. Menjelang 13.00 WIB, Ester Pudjo Widiasih selaku pengampu mata kuliah Sejarah Liturgi mengucapkan terima kasih kepada pihak GOKI yang berkenan hadir dan memberikan kuliah umum. Widiasih juga berterima kasih kepada para peserta yang bersedia hadir. Mewakili pihak STFT-J selaku tuan rumah, Widiasih memberikan cinderamata kepada Abouna John dan Edward dan pendampingnya. Beberapa peserta kemudian meminta untuk berfoto bersama Abouna John dan Pater Gabriel. (DK)