Senin (22/02), STFT Jakarta mengadakan kuliah umum bulanan, kala dan kalam. Kegiiatan berlasung selama kurang lebih 3 jam, yaitu dari pukul 15.00 WIB – 18.00 WIB dalam ruang zoom yang telah ditentukan. Selain melalui zoom, kuliah ini juga dilangsungkan secara langsung melalu channel Youtube STFT Jakarta. Dalam kesempatan itu, diundanglah dua orang pembicara, yaitu seorang pendeta sekaligus dosen STFT Jakarta, Pdt. Binsar Jonathan Pakpahan, Ph.D dan mahasiswa S2 STFT Jakarta, Michael Bryan Pattisinna, M.Th.

            Dalam kesemptan ini, Pdt. Binsar Jonathan Pakpahan membawakan materi dengan tema “Konsep Pengampunan dalam Perasaan Bersalah dan Malu: Konteks Suku Batak, Timor, dan Jawa.” Berbeda dengan tema Pdt. Binsar, Sdr. Michael Bryan membawakan materi dengan tema “Pela dan Ekaristi melalui Lensa Teologi Sakramental Susan Ross.” Kedua pembicara tersebut diberikan waktu satu jam untuk membawakan materinya, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama 30 menit.

            Sesi pertama dibawakan oleh Pdt. Binsar Jonathan Pakpahan. Dalam memulai sesi ini, beliau menanyakan sebuah pertanyaan”Apa peran emosi dalam pengampunan di konteks masyarakat suku Batak, Timor dan Jawa Tengah?” Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang mengawali sesi pertama. Selain itu, ia juga menyebutkan ada 3 pemahaman emosi yang berkembang, yaitu emosi sebagai konstruksi sosial, emosi sebagai bagian dari evolusi, dan emosi sebagai penilaian.

Emosi sebagai konstruksi sosial dipelajari dari pengalaman dan nilai yang dimiliki oleh kelompok tersebut, Emosi sebagai bagian dari evolusi dipandang sebagai sebuah proses yang terjadi secara alami. Sedangkan emosi sebagai penilaian dilihat dari hasil penilaian seseorang atas sebuah situasi.

            Menurut Pdt, Binsar Jonathan Pakpahan, setiap suku dan budaya memiliki peran emosinya masing-masing dalam pengampunan, begitupun dengan suku Batak, Boti (Timor), dan Jawa.

            Setelah memaparkan materi, moderator memberikan kesempatan kepada para peserta untuk bertanya. Sesi tanya-jawab berlangsung selama 30 menit. Setelah sesi tanya-jawab, para peserta, pembicara dan moderator diberi kesempatan untuk istirahat sejenak selama 15 menit.

            Ketika 15 menit berlalu, sesi kedua dimulai. Moderator membuka sesi kedua dengan memperkenalkan pembicaranya, Sdr. Michael Bryan Pattisina, M.Th dengan tema “Pela dan Ekaristi melalui Lensa Teologi Sakramental Susan Ross.”

Dalam pemaparan materinya, Sdr. Michael Bryan mulai menjelaskan sebuah cerita tentang konflik kemanusiaan yang terjadi di Maluku pada tahun 1999. Kemudian, dari pemapparan tersebut, Sdr. Michael Bryan mulai menjelaskan sudut pandang Teologi Sakramental dari Susan Ross terhadap peristiwa tersebut. Hingga pada kesimpulannya, Sdr. Michael Pattisina mengatakan bahwa dunia akan menawarkan berbagai macam bentuk rekonsiliasi untuk dimaknai semua orang. Namun, dengan bantuan sudut pandang teologi sakramental Susan Ross, terciptalah sebuah pela baru yang menyatakan kasih Allah terhadap seluruh ciptaan manusia tanpa memandang perbedaan agama tertentu.

            Setelah pemaparan materi, maka sampailah pada sesi tanya-jawab antara pembicara dan peserta. Sama seperti sesi 1 sebelumnya, proses sesi tanya jawab juga berlangsung kurang-lebih 30 menit. Kegiatan kuliah umum ini berjalan dengan sangat baik selama 3 jam yang dihadiri oleh kurang-lebih 120 peserta zoom. (KN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *