Pelantikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) STFT Jakarta periode 2021-2022 sekaligus pemberhentian BEM dan DPM STFT Jakarta periode 2020-2021 dilaksanakan seusai ibadah pada Senin (15/2). Prosesi tersebut dipimpin oleh Novy E. Sine Wakil Ketua 3 bidang kemahasiswaan dan juga disaksikan oleh Ketua STFT Jakarta, Pdt. Septemmy E Lakawa.
Pemberhentian sekaligus pelantikan BEM dan DPM yang baru dilaksanakan sebagai regenarasi dalam tubuh organisasi mahasiswa STFT Jakarta. Novy E. Sine dan Pdt. Septemmy Lakawa mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi kinerja BEM dan DPM periode 2021-2022 dengan berbagai terobosan dan inisiatif dalam menghadapi situasi pandemi. Melalui wawancara dengan tim liputan STFT Jakarta, Ketua BEM periode 2020-2021, Kenneth Oswald mengungkapkan bahwa tantangan terbesar yang dihadapi ketika pandemi adalah penyesuaian. Serupa dengan Oswald, Dandy Kuganda, Ketua DPM Periode 2020-2021 menyebutkan adaptasi menjadi prioritas di dalam program DPM. “Peluang yang saya dan rekan-rekan DPM 2020 hadapi secara langsung adalah cyber world di tengah pandemi. Covid-19 telah memaksa kita memasuki dan menghidupi dunia maya senyata dunia nyata yang kita hidupi tanpa internet,” tambah Kuganda.
Oswald mengaku sangat bersyukur karena telah diberikan kepercayaan untuk memimpin organisasi BEM periode 2020. “Ketika saya diberikan kepercayaan ini, maka saya memiliki kesempatan untuk meneruskan program-program BEM sebelumnya yang dirasa baik dan relevan serta melakukan terobosan-terobosan baru sebagai peningkatan kualitas dari BEM untuk menyejahterakan sivitas STFT Jakarta, khususnya teman-teman mahasiswa.”ungkap Oswald.
Kuganda juga menceritakan kesan ketika memimpin DPM STFT Jakarta, ia menyebutkan bahwa pengalaman ini adalah pengalaman pertama baginya bergabung dalam lembaga legislatif yang bertugas mengawasi kehidupan berorganisasi di kampus agar tetap kondusif. “Tantangan nyata adalah kurangnya partisipasi PM terhadap organisasi di kampus. Pemikiran bahwa “Ikut organisasi gak nambah nilai” adalah penyebabnya menurut hemat saya. Memang pendapat itu benar, tetapi soft skills yang didapat dari berorganisasi penting sebagai pengalaman yang nantinya diterapkan di lapangan kerja kita, entah di gereja atau di mana pun itu.” ungkap Kuganda.
Sebagai mantan ketua di dua organisasi penting di STFT Jakarta, Oswald dan Kuganda memberikan pesan-pesan bagi para pengurus baru untuk terus berdaptasi menghadapi situasi-situasi yang tidak terduga. Kuganda menambahkan bahwa perlunya bagi pengurus untuk melakukan hal yang di luar kebiasaan dan melakukan berbagai improvisasi. Serta bersinergi dalam membangun iklim berorganisasi yang tetap kondusif selama dan setelah pandemic covid-19. “Sinergi berarti kerja bersama, bukan sekadar bekerja sama. Kerja bersama beda bekerja sama”, tambah Kuganda.
Tim Liputan juga berkesempatan mewawancarai ketua BEM yang baru periode 2021-2022, Eunice Abigail Sitanggang. Ketika ditanya perasaanya terpilih menjadi ketua BEM STFT Jakarta, ia menjawab bahwa dirinya bersyukur atas kepercayaan yang telah diberikan oleh sivitas STFT Jakarta kepada dirinya dan wakilnya David Hutauruk. ““Selalu ingat tujuan awal dan semua orang yang selalu mendukung” akan menjadi self-reminder saya dalam berupaya mewujudkan komitmen saya”ungkap Sitanggang ketika ditanyakan upaya untuk mewujudkan komitmennya sebagai ketua BEM STFT Jakarta. Ia menambahkan bahwa dirinya memerlukan bantuan dari anggota BEM lainnya untuk terus berjuang mewujudkan komitmen bersama. “Saya percaya dengan niat baik dan kerja keras, Allah akan terus menyertai; Do the best and God will do the rest.” Ucapnya.
Eunice juga bercerita mengenai tantangan dan peluang yang akan dihadapi oleh BEM periode 2021-2022. Tantangan yang dihadapi nantinya adalah masa pandemi yang menuntut pendekatan program yang berbeda dari BEM STFT Jakarta dan bekerja penuh secara daring. Seluruh percakapan BEM, persiapan acara, hingga pelaksanaan tiap program harus dilakukan secara digital sehingga kegiatan terbatas pada layar device kita saja. “Cukup sulit memang, terlebih lagi dalam memahami suasana kampus yang kini tidak lagi dapat diamati secara fisik (langsung). Perlu usaha lebih agar komunikasi tetap dapat berjalan dengan baik dalam masa pandemi ini”, tambahnya.
Masa pandemi tentunya juga menghadirkan peluang yang baru. “Banyak penghematan biaya yang dapat diusahakan kaerena dipindahkannya proses kerja yang dapat dilaksanakan secara virtual serta penjangkauan secara eksternal juga dapat menjadi lebih mudah dengan pengadaan kegiatan secara virtual”, ungkap Sitanggang. Ia juga menyebutkan bahwa dengan kehadiran media social, BEM dapat lebih mudah menjangkau publik yang lebih luas bahkan hingga tingkat nasional. Kehadiran media sosial menghadirkan peluang inklusi sosial yang lebih luas.
Pada akhirnya, Sitanggang berharap agar komunitas STFT Jakarta dapat terus berelasi dan berjuang bersama untuk beradaptasi di dalam situasi pandemi. Ia juga berharap agar peluang yang hadir saat ini dapat digunakan seoptimal mungkin secara khusus untuk berelasi dengan pihak-pihak di luar kampus STFT Jakarta dan menghasilkan dampak yang baik. “Hal ini berangkat dari pengalaman saya mengikuti beberapa acara gabungan sekolah teologi lain. Saya menyadari bahwa BEM STFT Jakarta perlu lebih membuka mata dan menunjukkan eksistensinya.”ungkap Sitanggang.
Kami segenap sivitas STFT Jakarta mendoakan dan mendukung BEM dan DPM STFT Jakarta, Tuhan menolong dan memampukan kita semua! (GHT)