Kursus Teologi Dasar (KTD) 4 Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta (STFT Jakarta) dibuka dengan sesi belajar “Liturgika” bersama Pdt. Rasid Rachman, D.Th. Paparan dan percakapan tentang Liturgika: Pengertian, Sejarah, dan Praktiknya merupakan sesi pertama dari sepuluh sesi KTD 4 bertema “Liturgika dan Musik Gereja”. Dengan memanfaatkan aplikasi Zoom, para pegiat gereja dan mahasiswa dari ragam latar belakang hadir dan berproses bersama dalam pertemuan yang berlangsung selama—kurang lebih—dua jam tersebut.
Kelangsungan keseluruhan sesi pertama KTD 4 STFT Jakarta, Kamis, 2 September 2021, difasilitasi oleh Monica Manullang, Staf Wakil Ketua 4 STFT Jakarta. Ia [Monica] mengarahkan hal-hal teknis terkait pelaksanaan KTD 4 sesi pertama dengan detail. Tepat pada pukul 18.04 WIB, Pdt. Rachman mulai memaparkan materi kepada para peserta.
Melalui makalah yang dipaparkan, Pdt. Rachman berupaya merangkum kedalaman liturgika di dalam tiga fokus, yaitu pengertian, sejarah, dan praktik liturgi. Tiga fokus tersebut membawa para peserta menyusuri kedalaman liturgika sekaligus menjadi undangan bagi para peserta untuk terlibat dalam dinamika percakapan tentang praktik-praktik liturgi berdasarkan pengalaman di gereja masing-masing, yang memuat konteks yang khas dan beragam.
Proses menyusuri kedalaman liturgika bersama Pdt. Rachman memberi banyak informasi fundamental yang sering terlupakan. Selain itu, kesadaran-kesadaran tentang kekeliruan yang tidak jarang terjadi dalam praktik liturgi juga dimunculkan. “Menurut hemat saya, selama dua tahun, mungkin lebih, ibadah daring menyebabkan ibadah Gereja-gereja Protestan di Indonesia tergoda untuk menjadi ibadah tontonan. Para petugas menjadi artis dan umat penonton. Maka, langkah pertama yang penting dikerjakan adalah memulihkan selebrasi ibadah itu sendiri ke sifat dasarnya…Umat adalah subjek ibadah,” tutur Pdt. Rachman.
Paparan makalah Liturgika: Pengertian, Sejarah, dan Praktiknya memacu para peserta untuk memberikan respons. Pertanyaan-pertanyaan diajukan, baik yang disampaikan secara langsung maupun yang dituliskan melalui kolom chat.
Sesi pertama KTD 4 bersama Pdt. Rachman selesai tepat pukul 20.00 WIB. Melalui paparannya, Pdt. Rachman kembali menandaskan bahwa tanpa praktik [liturgi], tata ibadah adalah benda mati. “Liturgi adalah wahana di mana simbol dan tradisi dirayakan, dihidupkan, dan dipelihara sebagai teologi…Ia harus mewujud pada pelaksanaan selebrasi,” tegas Pdt. Rachman. [SM]