STFT Jakarta kembali mengadakan kuliah umum bulanan “Kala dan Kalam” pada Senin, 22 November 2021 pukul 15.00-18.00 WIB. Ini merupakan rangkaian kuliah umum bulanan terakhir dalam tahun 2021. Sesi pertama kuliah umum ini dibawakan oleh Pdt. Yonky Karman, Ph.D dengan topik “A Tale of Two Tamars: Domestic Violence in the Hebrew Bible.” Sesi kedua dibawakan oleh Pdt. (Em.) Rasid Rachman, D.Th dengan topik “Narasi Eksodus melalui Eksterior Bangunan Gereja.” Kuliah umum kali ini dimoderatori oleh Pdt. Happy Seviana Undas, M.Th yang merupakan mahasiswa doktoral di STFT Jakarta.
Sesi I
Dalam materinya Pdt. Yonky Karman menilik kisah Tamar di dalam Kejadian 38 dan 2 Samuel 13 dari perspektif KDRT. Ia mengatakan bahwa “Cerita Tamar, puteri Daud (dalam 2Sam. 13), merupakan salah satu ‘texts of terror’ dalam PL atau cerita teror dengan menempatkan perempuan sebagai korban (ke dalam posisi yang menyeramkan). Sedangkan cerita Tamar menantu Yehuda (dalam Kej. 38) merupakan cerita yang berakhir baik untuk semua pihak.”
Kendati memiliki happy ending, teks Kej. 38 mengandung unsur kekerasan berbasis gender, seperti yang terjadi dalam 2Sam. 13. “Tamar menantu Yehuda mengalami kekerasan berbasis gender dalam bentuk pelanggaran haknya untuk memiliki keturunan. Meskipun teks tersebut tidak menunjukkan alasan yang jelas, namun pelanggaran itu memiliki motif atau latar belakang ekonomi. Dengan sikap yang tidak terus terang, Onan, suami Tamar, telah mengeksploitasi seksualitas Tamar dan mengelabui keluarga besarnya,” ucap Pdt. Yonky Karman.
Dalam 2Sam. 13, salah satu tindakan kekerasan berbasis gender yang dialami oleh Tamar puteri Daud adalah tindakan pemerkosaan dari Amnon, yakni kakak Tamar dari lain ibu.
Sesi II
“Gereja adalah orangnya dan gedungnya!” tegas Pdt. (Em.) Rasid Rachman dalam mengawali materinya.
Materi yang disampaikan oleh beliau adalah penelitian terhadap kekhususan model bangunan (eksterior) gereja dalam refleksi kisah eksodus bangsa Israel menuju tanah perjanjian dari perspektif liturgis.
“Kisah eksodus tidak berhenti pada Allah mendengar jeritan umat dan mengutus Musa (Kel. 3:7-10). Eksodus adalah perpaduan berkelindan antara perjalanan dan persinggahan. Barbara Sivertsen menghitung bahwa perjalanan Israel dari Mesir hingga sebelum memasuki Yerikho adalah 78 tahun. Jangka waktu tersebut melahirkan tiga sampai empat generasi. Pada masa perjalanan itu terdapat 42 tempat persinggahan bangsa Israel (Bil. 3:5-49). Waktu berjalan dan tiba di tempat singgah rata-rata 677-678 hari,” jelas Pdt. (Em.) Rasid Rachman.
Menurutnya eksterior bangunan gereja menarasikan cerita besar eksodus. Contohnya seperti gereja yang dibangun di atas bukit atau gunung. Y.B. Mangunwijaya mengatakan bahwa posisi rendah menyampaikan realitas yang kurang baik, sehingga wajar jika tempat kudus berada di tempat tinggi (lih. Kel. 3:1; 19:18; Ul. 4:10). Gereja (di) gunung mengimajinasikan gereja sebagai bagian atas dari gunung.
“Menara gereja (tugu atau tiang yang melumbung) juga menarasikan cerita eksodus. Perjalanan-persinggahan di gurun pasir diisi dengan kisah mendirikan batu sebagai tugu peringatan (Kel. 28:18; Yos. 4:7-9) dan tiang awan serta tiang api (Kel. 13:21-22; Bil. 14:14),” ucapnya.
“Setiap perhentian (persinggahan) perjalanan bangsa Israel mengandung narasi penyelamatan.”
–Pdt. (Em.) Rasid Rachman, D.Th.
[LJS]