Sabtu (24/9), STFT Jakarta melaksanakan upacara wisuda program studi doktor teologi, magister teologi, dan sarjana ilmu teologi tahun 2022. Wisuda berlangsung di aula STFT Jakarta dengan menerapkan protokol kesehatan. Sebelum wisudawan/wati diutus, Ketua STFT Jakarta, pengurus yayasan Lembaga Perguruan Tinggi Teologi Indonesia (LPTTI), gereja pendukung, perwakilan wisudawan/wati, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III Jakarta dan Kepala Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen (Ditjen Bimas Kristen) Kementerian Agama memberikan kata sambutan secara bergantian.

Gambar 1: Ketua Sinode GPM, sedang memberikan kata sambutan dalam rangka wisuda STFT Jakarta 2022.

Sambutan gereja pendukung disampaikan oleh Pdt. Elifas T. Maspaitella, M.Si, Ketua MPH Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) yang hadir melalui Zoom.

Berikut kata sambutan dari Ketua Sinode GPM:

Yang Terhormat:

  • Pengurus Yayasan Lembaga Perguruan Tinggi Teologi Indonesia
  • Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Jakarta, bersama para Wakil Ketua STFT Jakarta
  • Para Guru Besar dan Staf Dosen serta tenaga kependidikan STFT Jakarta
  • Senat Perguruan Tinggi STFT Jakarta
  • Pimpinan Gereja dari Sinode-sinode Pendukung
  • Dewan Perwakilan Mahasiswa STFTJ
  • Pengurus Alumni STFT Jakarta
  • Civitas Akademika STFT Jakarta
  • Keluarga Wisudawan dan Wisudawati
  • Para Wisudawan dan Wisudawati

Shalom

Dari bumi Sarumah, Jemaat GPM Labuha, Klasis Pulau Bacan, di Maluku Utara, kami sampaikan salam damai dalam kasih Kristus, atas nama semua pelayan dan jemaat GPM, kepada saudara-saudara, yang setia memelihara iman dan menunaikan panggilan gereja, yang oleh iman kepada Kristus, diaktakan melalui tanggungjawab mengajar dan melayani di Kampus Gumul dan Juang Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Jakarta.

Sidang Senat yang kami hormati!

Saya meminjam tema Wisuda tahun 2022 dan Tema HUT ke-88 STFT Jakarta, untuk memintal sebuah refleksi sederhana ini:

Seorang perempuan paruh baya di Kepulauan Tanimbar memetik kapas di samping rumahnya. Ia memilih kapas terbaik dan menjemurnya di bawah mentari merah di atas kepalanya. Keesokan harinya, ia mulai memintal kapas itu menjadi benang-benang putih, lalu mulailah ia membuat pewarna dari aneka dedaunan dan sisa debu hitam dari lampu petromax yang setiap hari, siang pun malam dinyalakan karena asapnya itu adalah bahan dasar warna hitam yang sakral itu. Hari berikutnya, ia duduk dan mulai menenun benang kapas itu, dan lambat laun, jadilah selembar kain tenun besar untuk selimuti tubuh anaknya.

Suatu hari, tenun aneka warna itu dipakai gadis cantik yang menari tnabar, diiringi tifa dan syair-syair pantun berisi sukacita dan kegembiraan. Sesekali dalam tarian itu terangkai foruk yaitu doa adat memuja TUHAN, sang Ubu Ratu, sambil memohon, selamatkanlah anak-anak kami di pulau karang ini, lindungilah mereka yang telah berlayar jauh demi ilmu dan masa depan.

Perempuan Tanimbar dengan kain tenun kapasnya, telah menyelimuti tubuh anaknya yang terus menjadi dewasa. Kini dialah yang menari tnabar dan dalam syair pantunnya ia memanggil semua perempuan penenun di seluruh nusantara. Marilah wahai perempuan penenun dari Sumatra, merapatlah wahai perempuan penenun dari tanah Papua. Berkumpullan wahai perempuan penenun dari Mianggas, dan mari bergandeng tangan wahai perempuan penenun tanah Timor. Marilah kita selimuti Indonesia dengan tenunan indah kita, padukanlah semua warna dan motivnya, dan marilah kita menari tarian persaudaraan di atas tanah pusaka ini, karena harmoni Indonesia adalah doa dan harapan Ibu Pertiwi.

Itulah ungkapan syukur kami, GPM, bersama dengan semua gereja di Indonesia, sebagai gereja yang merasakan bahwa harmoni Indonesia adalah bagian dari pintalan tenunan teologi yang lahir dari kampus gumul dan juang ini.

Ketua STFT Jakarta dan Sidang Senat  yang kami hormati.

Sejak berdirinya di tahun 1934, STFT telah menjadi kampus yang menenun secara perlahan namun pasti pemikiran teologi kemerdekaan sebagai wujud tugas gereja menghadirkan tanda-tanda damai sejahtera Allah di muka bumi. Pemikiran-pemikiran besar tentang kemerdekaan, sudah tentu menjadi bagian dari teologi yang selalu digemakan di kelas-kelas, dan juga diaktakan oleh para alumni yang kembali ke berbagai tempat di nusantara ini.

Mengenai kemerdekaan Indonesia itu sendiri, di GPM, kami punya satu cerita lisan, bahwa di awal-awal Proklamasi Indonesia, seorang mahasiswa bernama Thomas Pattiasina, yang menjaga tiang bendera Merah Putih di tengah lapangan kampus STT Jakarta, kala itu, sambil menancapkan parang miliknya di bawah tiang bendera. Itu membuat Thomas Pattiasina dikenal sebagai Pendeta GPM dari kelompok pendukung Proklamasi, dan di saat ia menjadi Ketua Sinode GPM, dia pula yang menggelorakan semangat kesatuan Indonesia di tahun 1950-1955, saat Maluku menghadapi gelombang politik anti-proklamasi saat itu. Sikapnya itu adalah wujud praksis teologi kebangsaan dan itulah yang membuat GPM terus yakin bahwa gereja adalah bagian dari pergumulan kebangsaan secara riil.

Indonesia adalah rumah yang di dalamnya kita meliturgikan karya-karya kehidupan. Sebab itu, liturgi Indonesia adalah selebrasi iman semua warga bangsa, sebagai wujud panggilan gereja-gereja di Indonesia.   

Ketua STFT Jakarta, Para Staf Pimpinan dan Civitas Akademika serta Sidang Senat yang kami hormati.

Dua hal yang saya sampaikan tadi, adalah bagian dari refleksi kami sebagai GPM tentang bagaimana kampus ini sudah menjadi bagian yang menyejarah dalam teologi kebangsaan Indonesia itu, dan bagaimana teologi itu sudah menginspirasi gereja-gereja, melalui para alumninya, untuk menyemai benih-benih harmoni Indonesia dan membesarkan narasi harmoni dalam keragaman sebagai narasi kebangsaan.

Perempuan penenun itu adalah kampus STFT Jakarta itu sendiri, sebagai kampus yang telah mendidik para pemikir dan pelayan umat demi Indonesia yang penuh harapan. Spirit Thomas Pattiasina, adalah suatu ilustrasi tentang teologi praksis yang mesti kita emban sebagai gereja demi merawat keragaman Indonesia Merdeka. Pada dua hal itu, dengan hati tulus, sambil memohon ijin dari para pimpinan Sinode Gereja Pendukung, kami menyampaikan terimakasih kepada STFT Jakarta atas kegigihannya berjalan di jalan teologi kebangsaan Indonesia. Kami akan tetap memberi dukungan guna pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi dari STFT Jakarta, dan terus menjalin kerjasama untuk pengembangan sumber daya pelayan gereja.

Selamat Hari Ulang Tahun ke-88 STFT Jakarta, dan tetaplah menghasilkan pemikiran teologi yang merekatkan Indonesia.

Selamat kepada Ketua STFT Jakarta bersama semua pimpinan, untuk capaian-capaian STFT Jakarta, secara khusus melalui akreditasi kelembagaan S1, S2 dan S3.

Kepada para wisudawan dan wisudawati, kami ucapkan selamat, proficiat atas capaian akademik saudara-saudara. Teruslah hiasi Indonesia melalui tugas pelayanan gereja di berbagai bentuknya dengan pemikiran teologi kritis, positif, inovatif dan kontekstual untuk menjawab perubahan-perubahan global yang terjadi secara cepat dan diametral saat ini. Kami doakan agar saudara-saudara berhasil dalam segala akta, meliturgikan harapan di medan layanan masing-masing.

Kita adalah alat di tangan TUHAN, untuk meliturgikan harapan dalam nyanyian kemenangan, nyanyian kemerdekaan, nyanyian kemanusiaan Indonesia yang harmoni. Damai sejahtera dari Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus melingkupi saudara-saudara hari ini sampai selama-lamanya.

Terimalah salam kami dari bumi Sarumah, Bacan, Maluku Utara

Suba Jou!

Labuha, 24 September 2022

MAJELIS PEKERJA HARIAN SINODE GPM

PENDETA ELIFAS TOMIX MASPAITELLA

(KETUA)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *