
Jalan Salib merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh umat Kristen untuk mengenang dan merenungkan penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Pada hari Rabu, 26 Maret 2024, Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta (STFT Jakarta) mengundang seluruh sivitas akademika untuk mengikuti jalan salib bersama-sama menilik penderitaan dan kesengsaraan Kristus. Di dalam rangkaian jalan salib, terdapat kolaborasi antar unit kegiatan mahasiswa (UKM) seperti, Kelompok Musik Kreatif (KMK), Bau Kencur, Tari, Teater, dan Tim Peribadahan Kampus (TPK). Kegiatan ini diawali dengan terdengarnya lonceng pada pukul 15.29 WIB.

Saat rangkaian jalan salib dimulai, civitas akademika STFT Jakarta diberikan kata sambutan sekaligus pengantar oleh Pdt. Ester Pudjo Widiasih, Ph. D. dan dibuka dalam doa oleh Pdt. Justitia Vox Dei Hattu, Th. D. Pemberhentian pertama, mengenang dan merenungkan peristiwa ketika Yesus diadili. Saat pemberhentian pertama, sivitas diajak untuk bersama-sama ikut merasakan suasana ketika Yesus diadili, banyak orang yang memilih untuk menyalibkan Dia. Di dalam refleksi, kita diajak untuk menteladani Kristus yang tetap teguh mengikuti kehendak Allah dan mewujudkan cinta kasih-Nya.
Selanjutnya sivitas diajak untuk berjalan dan bergerak menghadap perpustakaan. Pada pemberhentian kedua, sivitas diajak mengenang pemberhentian kedua yaitu, peristiwa Yesus yang memikul Salib. Bersama-sama, sivitas berefleksi tentang kedamaian yang bisa kita mulai dari dalam diri, dengan menjalin relasi yang baik, dan berdamai dengan diri. Melalui refleksi tersebut, peserta jalan salib diingatkan untuk tetap teguh dalam memikul Salib sampai pada akhir dan bercermin pada relasi kita terhadap Tuhan, sesama, dan lingkungan.
Perjalan dilanjutkan menuju pemberhentian ketiga, yaitu ketika Yesus bertemu ibu-Nya. Sivitas bersama-sama merasakan posisi Maria yang melihat anaknya mengalami penderitaan, dan memohon kepada Allah, agar Ia mau memulihkan setiap orang yang berduka. Pada pemberhentian keempat, sivitas mengenang dan berefleksi sebagai Simon dari Kirene yang dipaksa memikul salib. Di dalam pemberhentian tersebut, kita diajak untuk memohon kekuatan dan kemampuan untuk memikul salib kita masing-masing.
Pemberhentian kelima, kita diingatkan pada peristiwa Yesus bertemu dengan para perempuan yang menangis. Melalui pemberhentian tersebut, kita diajak untuk mendoakan dan menguatkan setiap perempuan dan anak didalam kelemahan dan penderitaannya. Selanjutnya, pada pemberhentian keenam mengingatkan ketika Yesus disalibkan. Kita diajak untuk berefleksi tentang Yesus yang disalib bersama dua penjahat lainnya. Yesus, seorang yang tidak bersalah, dihukum secara tidak adil oleh para penguasa. Ketidakadilan ini dipenuhi oleh tuduhan palsu, intimidasi, dsb. Meskipun demikian, Yesus tetap memperlihatkan belas kasihan kepada para pelaku penyaliban-Nya.
Setelah mengenang penyaliban Kristus, sivitas memasuki pemberhentian ketujuh, tentang Yesus Wafat. Dalam pemberhentian tersebut, bersama kita merenungkan, meminta ampun dan menyesali segala kesalahan kita. Akhir dari pemberhentian kita dalam jalan salib yaitu ketika Yesus dikuburkan, kita diajak untuk menghayati penebusan yang dilakukan oleh Kristus yang rela menjalani masa sengsaranya sampai wafat. (ENP)