Konser musik selalu dinanti nantikan dan diminati oleh berbagai kalangan, tidak jarang konser musik yang diselenggarakan selalu berusaha menyampaikan pesan dalam lagu-lagunya. Begitu pula dengan konser yang diselenggarakan oleh mahasiswa/i kelas Musik Gerejawi dan kelas memimpin nyanyian jemaat STFT Jakarta setiap tahun yang selalu dinanti-nantikan oleh berbagai kalangan.
Jakarta, 15 Mei 2024 merupakan tanggal pelaksanaan konser yang memiliki konsep Hymn Night dengan tema Bersama Alam, Bagi Allah. Mahasiswa/i kelas Musik Gerejawi angkatan 2023 (Semester 2) dipersiapkan untuk membawakan dan menguasai lagu sesuai dengan kelompok bernyanyi. Tahun ini Hymn Singing berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dalam persiapan konser, dosen pengampu mata kuliah Musik Gereja yaitu Pdt. Rahel Daulay,Th.M. dan Michelle Hetharia mengalami perasaan cemas, karena persiapan yang dilakukan sangat kurang. Namun, karena kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, konser berjalan dengan cukup baik.
Acara Hymn Night dibuka dengan sambutan dari Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta, Prof. Binsar Jonathan Pakpahan, Ph.D., dan Dosen Pengampu Kelas Musik Gereja dan Memimpin Nyanyian Jemaat, serta Koordinator Tim Pelaksana Hymn Night “Bersama Alam, Bagi Allah”. Setelah sambutan dari koordinator tim pelaksana Hymn Night, para tamu undangan di suguhkan penampilan dari mahasiswa/i kelas Musik gereja dengan lagu: “All Things Bright and Beautiful” lagu tersebut mempunyai makna, bahwa kita bisa melihat betapa indah dan kebesaran ciptaan Tuhan serta kehadiran Tuhan dalam ciptaanNya. Tamu undangan juga diajak bermazmur dengan berlandaskan pada Mazmur jenewa 148. Namun, dibalik keindahan alam yang kita lihat, terdapat kerusakan yang diakibatkan oleh ulah manusia yang tamak. Tamu undangan diajak untuk mendengar dan merasakan suasana yang emosional dari pembacaan puisi dan berandai-andai semua ciptaan Allah memiliki lidah, pasti mereka akan merintih dan menjerit. Selanjutnya kelompok bernyanyi menyanyikan lagu: Andai ‘Ku Punya Banyak Lidah.
Acara berlanjut dengan mendengar tubuh bumi yang tersalib. Hal itu mau memberikan gambaran bahwa perjuangan dan penderitaan orang-orang Afrika-Amerika di masa perbudakan memiliki paralel dengan krisis lingkungan saat ini. Nyanyian spiritual seperti “Swing Low, Sweet Chariot” menjadi simbol harapan dan perlawanan mereka terhadap penindasan.
Kini, eksploitasi sumber daya alam mencerminkan penderitaan serupa, dengan planet kita merindukan pembebasan dari kerusakan yang disebabkan oleh manusia. Ini mengajak kita untuk merenungkan tindakan terhadap alam dan mencari cara untuk menjaga keseimbangan lingkungan demi kelangsungan hidup dan kesejahteraan seluruh ciptaan Allah.
Selanjutnya kita diajak memohon belas kasih Allah atas berdukanya ciptaanNya, dan diakhiri oleh lagu “Baba Yetu” (Bapa Kami). Apakah kita bisa menjalankan kehidupan yang berdampingan dengan semua ciptaanNya?Alangkah baiknya kita bisa merasakan eratnya persaudaraan bukan hanya dengan sesama manusia, tetapi bersama seluruh alam semesta dengan menyanyikan lagu “Miren Que Bueno”, “For the Beauty of the Earth”, “Allahmu Benteng yang Teguh” dan “Betapa Indahnya Ciptaan Tuhan”
Acara diakhiri dengan ajakan untuk Menatalayani dalam Harapan dan seluruh mahasiswa/i kelas musik gereja menyanyikan lagu “Mahakasih Yang Ilahi” (ENP)
Teriring doa dan harapan
“Semoga persiapan lebih baik, jangan sungkan bertanya pada dosen dan kakak tingkat”
– Kak Michelle Hetharia
Link video konser angkatan 2023: https://www.youtube.com/watch?v=ZyrrwfHdrXk&t=4228s