
Unit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta (UPPM STFT Jakarta) melaksanakan Kampanye Hasil Temuan Lapangan Program Kemitraan Masyarakat I, Kamis, 28 Oktober 2021. Kegiatan ini berlangsung pada pukul 17.00 hingga 18.30; menggunakan ruang Zoom yang dihadiri oleh 24 sivitas akademika STFT Jakarta. Kegiatan ini juga disiarkan secara langsung di kanal Youtube Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta. Perturutan Kampanye Hasil Temuan Lapangan dipandu oleh Patricia Medyarto, S.Si. (Teol.).

Dalam kampanye ini, Reza Hariyoga, Ruth Girsang, dan Reinaldo Dinata menjadi tiga narasumber yang membagikan hasil temuan lapangan selama menjalankan Program Kemitraan Masyarakat I UPPM STFT Jakarta. Reza menjalankan PKM I di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Bekasi Timur, Ruth di Gereja Kristen Pasundan (GKP) Jatiranggon, dan Reinaldo di Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) Kayuapu Kudus. Reza, Ruth, dan Reinaldo [serta seluruh mahasiswi/a Sarjana angkatan 2019] telah berproses secara virtual bersama gereja dan menulis laporan akhir PKM I yang bertema “Pastoral dan Eklesiologi Ibadah.”

Reza, narasumber pertama, menelaah tentang Relasi antara Ekspresi dan Manifestasi Doa. Ruth, narasumber kedua, membahas tentang Tingkat Emosional dan Kehidupan Spiritualitas Pelayan. Narasumber ketiga, Reinaldo, memaparkan tentang Ibadah Berwajah Pastoral. Percakapan bersama ketiganya didampingi oleh pendeta mentor, Pdt. Johan Kristantara, M.Th., dan dosen mentor, Pdt. Bayu Dalope, M.Si.
Berpraktik bersama gereja-gereja di masa pandemi berarti menjumpai ragam kegiatan gereja-gereja yang dibatasi. Terdapat beberapa gereja yang melaksanakan kegiatan secara terbatas di gedung gereja, seperti yang dijumpai oleh Reza dan Ruth. Selain itu, terdapat juga beberapa gereja lainnya yang memutuskan untuk melayankan seluruh kegiatan secara daring, seperti yang ditemui pada pengalaman Reinaldo.
Ibadah Berwajah Pastoral, yang diusung oleh Reinaldo, didasarkan pada pengalaman pelayanan bersama GITJ Kayuapu Kudus yang memanfaatkan aplikasi Whatsapp sebagai media penyampaian Firman. Lagu-lagu kebaktian disampaikan secara tertulis kepada jemaat dan jemaat akan menyanyikannya sendiri di rumah masing-masing. Menurut tinjauan yang dilakukan oleh Reinaldo, hasil menunjukkan bahwa praktik pelayanan Firman yang demikian dirasa jemaat mendorong terjadinya penurunan kualitas relasi bersama antar-anggota jemaat. Berpijak pada situasi ini, Reinaldo mengonstruksi Ibadah Berwajah Pastoral untuk mencari alternatif solusi yang dapat memperbaiki kualitas relasi antar-anggota jemaat di GITJ Kayuapu Kudus. Ruth, yang berpraktik di GKP Jatiranggon, mendasarkan tulisannya pada pengamatan atas dinamika emosi yang dialami sepanjang pandemi. Ia juga menyoroti pergulatan batin antara dinamika emosi yang menggelisahkan dan profesionalitas pelayan dengan segala tuntutan tugas yang harus dilayankan. Reza, yang menelaah Relasi antara Ekspresi dan Manifestasi Doa, mendasarkan pemikiran pada perjumpaannya dengan jemaat GKJ Bekasi Timur yang menghidupkan spirit doa dengan tindakan-tindakan praktis; menolong antar-anggota jemaat yang terdampak pandemi.
Temuan ketiganya dirangkum dalam pernyataan penutup yang disampaikan oleh Pdt. Johan Kristantara, M.Th.: “Kita selalu akrab dengan ungkapan ‘Gereja-gereja reformasi akan selalu bereformasi,’ ‘Gereja harus selalu berubah,’ ‘Gereja harus selalu berkembang.’ Sekarang, kita melihat bahwa ternyata yang namanya pandemi itu menimbulkan disrupsi yang mempercepat perubahan itu. Karena itu, kita belajar dari ini semua bahwa kita pun juga harus belajar; bukan hanya untuk beradaptasi…tetapi juga berubah…berinovasi.” Dengan demikian, seperti tegas Pdt. Bayu Dalope, M.Si.: “…semoga hubungan antara STFT Jakarta dan gereja-gereja…kiranya tetap terjalin dengan baik…Semoga kehadiran para mahasiswa bisa menjadi rekan dalam merespons konteks yang dihadapi, yang selalu berubah.” [SM]